BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar
Belakang
Salah satu dampak dalam peningkatan
ekspor komoditi pertanian adalah kebutuhan bibit yang semakin meningkat. Bibit
dari suatu varietas unggul yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas, sedangkan
bibit tanaman yang dibutuhkan jumlahnya sangat banyak.
Penyediaan bibit yang berkualitas
baik merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam
pengembangan pertanian di masa mendatang. Salah satu teknologi harapan yang
banyak dibicarakan dan telah terbukti memberikan keberhasilan adalah melalui
teknik kultur jaringan.
Melalui kultur jaringan tanaman
dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan karena faktor perbanyakannya
yang tinggi. Bibit dari varietas unggul yang jumlahnya sangat sedikit dapat
segera dikembangkan melalui kultur jaringan. Pada tanaman perbanyakan melalui
kultur jaringan, bila berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya akan
sama dengan induknya (seragam) dan dalam waktu yang singkat bibit dapat
diproduksi dalam jumlah banyak dan bebas penyakit.
Kultur jaringan adalah metode
perbanyakan vegetatif dengan menumbuhkan sel, organ atau bagian tanaman dalam
media buatan secara steril dengan lingkungan yang terkendali. Tanaman bisa
melakukan kultur jaringan jika memiliki sifat totipotensi, yaitu kemampuan sel
untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.
I.2. Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini diadakan
adalah untuk mengetahui lebih dalam
mengenai perkembangbiakan vegetatif melalui kultur jaringan. Termasuk di
dalamnya tahapan dan manfaat kultur jaringan itu sendiri. Serta keterkaitan
antara teori totipotensi dengan perbanyakan melalui kultur jaringan.
I.4.
Landasan Teori
Teori yang melandasi kultur jaringan
ini adalah teori totipotensi sel (Schwann dan Schleiden) yang menyatakan bahwa
sel memiliki sifat totipotensi, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup
dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Teori ini
mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembangbiak karena seluruh
bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Pengertian
Kultur jaringan bila diartikan ke
dalam Bahasa Jerman disebut Gewebe Kultur, dalam Bahasa Inggris disebut Tissue
Culture, dalam Bahasa Belanda disebut weefsel kweek atau weefsel cultuur.
Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi
bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atauorgan yang serba
steril, dalam botolkultur yang sterildan dalam kondisi yang aseptic, sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
yang lengkap. Usaha memperoleh suatu individu baru dari satu sel atau jaringan
dikenal sebagai kultur sel atau kultur jaringan..
Menurut Suryowinoto (1991), kultur
jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture. Kultur adalah budidaya dan
jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama.
Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi
tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya.
Metode kultur jaringan dikembangkan
untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit
dikembangbiakkan secara generatif. Kultur jaringan termasuk jenis
perkembangbiakan vegetatif yang prinsip dasarnya sama dengan menyetek. Bagian
tanaman yang akan dikultur (eksplan) dapat diambil dari akar, pucuk, bunga,
meristem, serbuk sari.
II.2. Prinsip Dasar Kultur Jaringan
Menurut Thorpe (1981), ada 3 prinsip utama dalam kultur jaringan:
-
Isolasi bagian
tanaman dari tanaman utuh (organ, akar, daun dll)
-
Memelihara bagian tanaman tadi dalam lingkungan yang
sesuai dan kondisi kultur yang tepat.
-
Pemeliharaan dalam kondisi aseptik
Teori Dasar Kultur Jaringan:
a. Sel dari suatu organisme
multiseluler dimanapun letaknya sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal
dari satu sel tersebut (omne cellula ex cellula).
b. Teori Totipotensi Sel
Teori sel
oleh Schwann dan Schleiden (1898) yang menyatakan bahwa sel memiliki sifat
totipotensi, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan
informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Teori ini mempercayai
bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembangbiak karena seluruh bagian tanaman
terdiri atas jaringan-jaringan hidup.
II.3. Kaitan Teori Totipotensi dengan Kultur
Jaringan
Teori totipotensi yang menyatakan
bahwa setiap sel tanaman dapat berkembang menjadi individu baru, digunakan
sebagai dasar dalam pelaksanaan kultur jaringan. Dalam kultur jaringan bagian
tanaman yang terdiri atas sel-sel dan jaringan dibuat sedemikian mungkin untuk
ditanam di sebuah media yang steril dan lingkungan yang terkendali. Seperti
teori totipotensi tersebut, bagian tanaman yang ditanam di media tersebut
ternyata dapat bertumbuh dan berkembang menjadi individu baru bila kondisinya
sesuai.
II.4. Tipe-
tipe Kultur Jaringan
Tipe-tipe kultur, yakni:
1. Kultur biji
(seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji atau seedling.
2. Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya
yang bahan tanamnya menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar,
tangkai daun, helaian daun, bunga, buah muda, inflorescentia, buku batang, akar
dll.
3. Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur
yang menggunakan jaringan (sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim
sebagai bahan eksplannya.
4. Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah
kultur yang menggunakan media cair dengan pengocokan yang terus menerus
menggunakan shaker dan menggunakan sel atau agregat sel sebagai bahan
eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan
meristem.
5. Kultur protoplasma. eksplan yang digunakan adalah
sel yang telah dilepas bagian dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas
diletakkan pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding
selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi somatik
atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik intraspesifik maupun interspesifik).
6. Kultur haplsoid adalah kultur yang berasal dari
bagian reproduktif tanaman, yakni: kepalasari/ anther (kultur anther/kultur
mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur pollen), ovule (kultur ovule), sehingga
dapat dihasilkan tanaman haploid.
II.5. Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan
Kelebihan:
-
Sifat identik dengan induknya
-
Perbanyakan dalam waktu singkat
-
Tidak perlu areal pembibitan yang luas
-
Tidak dipengaruhi oleh musim
-
Tanaman bebas jamur dan bakteri
Sedangkan kekurangannya:
-
hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama
penyakit dan udara luar
-
Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai
mahal dan sulit
-
Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk
bangunan (laboratorium khusus), peralatan dan perlengkapan
-
Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan
perbanyakan kultur jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan
-
Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh
II.6. Perbedaan Perbanyakan Alami dan Kultur
Jaringan
Alami
-
Nutrisi diperoleh secara alami dari dalam tanah
-
Tanaman dapat membuat makanannya sendiri (autotrof)
-
Sumber tanaman harus cukup umur
-
Fotosintesis dengan bantuan matahari
-
Ada musim hujan dan kemarau yang tidak terkendali
Kultur Jaringan
Kultur Jaringan
-
Media terbuat dari nutrisi kimia
-
Tanaman tidak membuat makanannya sendiri
-
Sumber tanaman sedikit
-
Fotosintesis dengan cahaya lampu
-
Tidak dipengaruhi musim
II.7. Peralatan Kultur Jaringan
Alat-alat
yang dipakai dalam penanaman dalam kultur jaringan harus dalam keadaan steril.
Alat-alat logam dan gelas dapat disterilkan dalam autoklaf. Alat tanam seperti:
pinset dan gunting dapat juga disterilkan dengan pembakaran atau dengan
pemanasan dalam bacticinerator khusus untuk scapel, gagangnya dapat disterilkan
dengan pemanasan namun pisaunya dapat menjadi tumpul bila dipanaskan dalam
temperatur tinggi. Oleh karena itu untuk bladenya dianjurkan cara sterilisasi
dengan pencelupan dalam alkohol atau larutan kaporit. Alat-alat kultur jaringan
yang perlu disterilisasi sebelum penanaman adalah; Pinset, Gunting, – Gagang
scapel, Kertas saring, Petridish, Botol-botol kosong, Jarum, Pipet
Peralatan kultur jaringan:
-
Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), alat ini letaknya di
ruang penabur, yaitu ruang yang selalu harus dalam keadaan steril. alat ini
digunakan sebagai tahap perlakuan penanaman.
-
Entkas, merupakan bentuk lama dari alat penabur
(LAFC), maka fungsinya pun sama seperti (LAFC)
-
Shaker (penggojok), merupakan alat penggojok yang
putarannya dapat diatur menurut kemauan kita. Penggojok ini dapat digunakan
untuk keperluan menumbuhkan kalus pada eksplan anggrek atau untuk membentuk
protokormusatau sering disebut plb (protocorm like bodies) dari kalus bermacam
jaringan tanaman.
-
Autoklaf, merupakan alat sterilisasi untuk alat dan
medium kultur jarinang tanaman.
Timbangan Analitik, jenis alat ini bermacam-macam, tetapi yang penting adalah timbanagn yaang dapat dipergunakan untuk menimbang sampai satuan yang sangat keil. Alat ini berfungsi sebagai alat untuk menimbang bahan-bahan kimia yang digunakan untuk kultur jaringan.
Timbangan Analitik, jenis alat ini bermacam-macam, tetapi yang penting adalah timbanagn yaang dapat dipergunakan untuk menimbang sampai satuan yang sangat keil. Alat ini berfungsi sebagai alat untuk menimbang bahan-bahan kimia yang digunakan untuk kultur jaringan.
-
Stirer, alat ini berfungsi untuk menggojok dengan
pemanas. Dengan menggunakan listrik, alat ini berfungsi sebagai kompor
disamping sebagai penggojok.
-
Erlenmeyer, alat ini digunakan dalama kultur jaringan
tanaman sebagai sarana mmenuangkan air suling maupun untuk tempat media dan
penanaman eeksplan.
-
Gelas Ukur, digunakan untuk menakar air suling dan
bahan kimia yang akan digunakan.
-
Gelas Piala, digunakan untuk menuangkan atau
mempersiapkan bahan kimia dan air suling dalam pembuatan medium.
-
Petridish, merupakan semacam jenis gelas piala yang
mutlak dibutuhkan dalam kultur jaringan.
-
Pinset dan Scalpel, pinset digunakan untuk memegang
atau mengambil irisan eksplan atau untuk menanam eksplan.
-
Lampu Spiritus, digunakan untuk sterilisasi dissecting
kit (skalpel dan pinset) di dalam laminar air flow cabinet atau di dalam enkas
pada kita mengerjakan penanaman atau sub-culture.
-
Tabung Reaksi, digunakan pada saat mengerjakan isolasi
protoplas dan isiolasi khloroplas.
II.8. Fasilitas Laboratorium Kultur Jaringan
Fasilitas laboratorium kultur
jaringan di bagi dalam beberapa bagian yang fungsinya satu sama lainnya
berbeda-beda dan persyaratannya pun berbeda-beda pula. Laboratorium kultur
jaringan harus dirancang secara khusus. Karena ada bagian-bagian atau ruangan-ruangan
yang harus dalam suasana steril atau bebas mikroba.
Ruang-ruang dalam kultur jaringan di kelompokkan menurut macam kegiatan yang ada di dalamnya, yaitu sebagai berikut:
Ruang-ruang dalam kultur jaringan di kelompokkan menurut macam kegiatan yang ada di dalamnya, yaitu sebagai berikut:
A. Ruang Tidak
Steril
Ruang Tamu
Dalam
laborsatorium kultur jaringan sebaiknya di lengkapi dengan ruang tamu, karena
biasanya laboratorium kultur jaringan selalu di datangi tamu baik tamu yang
ingin melihat sarana dan suasana laboratorium maupun tamu ingin membeli hasil
biakan kultur jaringan.
Ruang Administrasi
Segala
surat-menyurat tentang pembelian alat-alatlboratorium, pembelian media kultur
jringan, penjualan bibit-bibit hasil biakan kultur jaringan, dan
transaksi-transaksi ataupun perjanjian-perjanjian kerja sama tentang penelitian
dilaksanakan di dalam ruangan administrasi.
Ruang Staf
Laboratorium
kultur jaringan membutuhkan staf peneliti dalam jumlah banyak, tujuannya adalah
agar dapat di adakan pembagian kerja sesuai dengan spesialisasinya
masing-masing. Di dalam ruang staf ini dapat pula di lakasanakan diskusi antar
staf pada waktu berkumpul bersama.
Kamar Mandi dan WC
Ruang kultur
jaringan harus dalam suasana bersih untuk menghindari kontaminasi oleh mikroba.
Bila pekerja akan memasuki ruangan penabur atau ruang inkubator, tubuh dan
pakaiannya harus bersih, tidak berkeringat dan tidak berdebu
Ruang Ganti Pakaian
Untuk
menghindari timbulnya kontaminasi oleh mikroba, maka para karyawan di dalam
laboratorium kultur jaringan perlu memakai pakaian yang bersih, dalam arti baru
di cuci. Oleh karena itu dalam ruangan kultur jaringan perlu di adakan ruang
ganti pakaian.
Ruang Tempat Penyimpanan Bahan Kimia
dan Alat-alat dari Gelas
Komponen
bahan kimia penyusun media kultur jaringan sangat banyak macamna. Oleh karena
itu, penyimpanannya memerlukan pengaturn yang khusus supaya mudah mecarinya.
Penyimpanan yang tidak teratur akan mempelambat dalam pekerjaan, misalnya dalam
mencari salah sau komponen media saja membutuhkan waktu yang lama. Bahan kimia
yang mahal harganya seperti hormon tumbuh dan enzim untuk isolasi protoplas
harus disimpan dala ruangan yang sejuk. Alat-alat dari gelas seperti
erlenmeyer, gelas ukur dan alat gelas lainnya perlu disimpan dalam almari
tersendiri.
Ruang Preparasi
Di dalam
ruangan ini disediakan peralatan dan tempat untuk mencuci alat-alat
laboratorium yang akan digunakan. Peralatan yang ada antara lain
keranjang-keranjang plastik untuk tempat peralatan yang baru dicuci.
Ruang Penimbangan dan Sterilisasi
Bermacam-macam
media kultur jaringan dijual dalam bentuk kemasan dengan harga yang relatif
mahal. Oleh karena itu, staf labolatorium lebih senang meramu sendiri medum
tanam yang dibutuhkannya.dengan demikian dibutuhkan lat untuk menimbang semua
komponen bahan kimia tersebut. Misalnya menimbang bahan kimia makro dan mikro.
Rumah Kaca (Green House)
Rumah kaca
adalah suatu bangunan yang atap dan sekeliling dinding bagian atasnya terbuat
dari kaca. Tujuan penyediaan rumah kaca adalah untuk tempat meletakkan pot-pot
bibit tanaman.
B. Ruang Tidak
Mutlak Steril
Ruang
Planlet
Ruangan ini
menggunakan alat pendingi (AC), maka temperatur ruangan dapat mencapai sekitar
25OC sehingga ideal bagi pertumbuhan planlet. Botol-botol yang berisi planlet
jumlahnya dapat mencapai ratusan. Oleh sebab itu, dalam ruangan ini perlu
disediakan rak-rak alumuniaum yang dasrnya berlobang-lobang untuk meletakkan
botol-botol tersebut secara teratur dan rapi.
Ruang
Inkubator
Eksplan yang
sudah ditanam dalam media kultur jringan perlu dipantau pertumbuhannya setiap
hari. Untuk pemantauan ini perlu ruangan khusus yang keadaannya lebih steril
dari ruang planlet, yaitu ruang inkubator. Ruang inkubator harus memiliki suhu
kurang lebih 25OC dan harus dilengkapi dengan lampu-lampu neon, karena eksplan
yang ditumbuhkan dalam ruangan inkubasi membutuhkan temperatru dan cahaya yang
dapat diatur dan disesuaikan dengan jenis eksplannya.
Ruang Shaker
dan Enkas.
Eksplan yang
baru ditanam dan diinkubasikan dalam ruang inkubator akan menghasilkan kalus.
Bila kalus ini cukup umur, maka dapat diperlukan suspensi sel, yaitu
menumbuhkan suatu eksplan atau kalus dengan menggunakan media cair (media yang
tidak menggunakan zat pemadat atau agar), kemudian digojok di atas shaker.
Hasil pertumbuhan kalus ini adalah berupa protokormus atau dalam istilah asing
disebut plb (protocorm like bodies). Bentuk protocormus adalah bulat-bulat
padat dan berwarna hijau. Bila keadaan protocormus sudah keadaan demikian maka
sudah siap dipindahkan kedalam media padat untuk di tumbuhkan menjadi planlet.
Enkas juga sering di letakkan dalam satu ruang dengan shaker, kegunaan enkas
ini sama dengan Laminar Air Flow Cabinet, yaitu untuk menabur eksplan.
C. Ruang Mutlak
Steril
Ruang
Penabur
Ruang
penabur biasanya di buat dengan ukuran yang tidak terlalu besar, yaitu 2×3 m2.
tujuannya adalah agar pelaksanaan sterilisasi ruangannya tidak membutuhkan
waktu yang lama dan tidak mengalami kesulitan.
Dinding ruang penabur dilengkapi dengan porselin, sehingga sterilisasi mudah dilakukan. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan cara menyemprotkan alkohol 96% dengan hand-sprayer. Sedangkan sterilisasi lantai dengan menggunakan kain pel yang dibasahi alkohol 96%. Sterilisasi ini mutlak harus dilakukan menjelang ruang penabur akan digunakan.
Dinding ruang penabur dilengkapi dengan porselin, sehingga sterilisasi mudah dilakukan. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan cara menyemprotkan alkohol 96% dengan hand-sprayer. Sedangkan sterilisasi lantai dengan menggunakan kain pel yang dibasahi alkohol 96%. Sterilisasi ini mutlak harus dilakukan menjelang ruang penabur akan digunakan.
Bila saat
calon penabur akan memasuki ruangan, lampu ultra violet harus dimatkan terlebih
dahulu kemudian menyalakan lampu neon biasa dan calon penabur diperbolehkan
memasuki ruangan tersebut. Sebaiknya, pada saat akan keluar lampu neon di
matikan dan setelah keluar menutup daun pintu kembali lampu ultra violet
dinyalakan. Dengan demikian steril ruangan dapat dijamin.
II.9 . Metode Pelaksanaan Kultur Jaringan
Metode Kultur Jaringan:
Metode Kultur Jaringan:
1.
Dilihat dari Macam Media Tanam
Teknik kultur jaringan dapat
dilaksanakan dengan dua metode yaitu:
a.
Metode Padat (Solid Method)
Metode pada dilakukan dengan tujuan mendapatkan kalus dan kemudian dengan medium
diferensiasi yang berguna untuk menumbuhkan akar dan tunas sehingga kalus dapat
tumbuh menjadi planlet. Media padat adalah media yang mengandung semua komponen
kimia yang dibutuhkan oleh tanaman dan kemudian dipadatkan dengan menambahkan
zat pemadat. Zat pemadat tersebut dapat berupa agar-agar batangan, agar-agar
bubuk, atau agar-agar kemasan kaleng yang yang memang khusus digunakan untuk
media padat untuk kultur jaringan.
Media yang terlalu padat akan mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab akar
sulit untuk menembus ke dalam media. Sedangkan media yang terlalu lembek akan
menyebabkan kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan dapat berupa tenggelamnya
eksplan yang ditanam. Eksplan yang tenggelam tidak akan dapat tumbuh menjadi
kalus, karena tempat area kalus yaitu pada irisan (jaringan yang luka) tertutup
oleh medium.
Metode padat dapat digunakan untuk metode kloning, untuk menumbuhkan
protoplas stelah diisolasikan, untuk menumbuhkan planlet dari protokormus
stelah dipindahkan dari suspensi sel, dan untuk menumbuhkan planlet dari
prtoplas yang sudah difusikan (digabungkan).
b.
Metode Cair(Liquid Metho)
Penggunaan metode cair ini kurang praktis dibandingkan dengan metode padat,
karena untuk menumbuhkan kalus langsung dari ekspaln sangat sulit sehingga
keberhasilannya sangat kecil dan hanya tanaman-tanaman tertentu yang dapat
berhasil.
Oleh karena itu, penggunaan media cair lebih ditekankan untuk suspensi sel,
yaitu untuk menumbuhkan plb (prtocorm like bodies). Dari protokormus ini
nantinya dapat tumbuh menjadi planlet apabila dipindahkan kedalam media padat
yang sesuai.
Pembuatan media cair jauh lebih cepat daripada media padat, karena kita
tidak p erlu memanaskannya untuk melarutkan agar-agar. Media cair juga tidak
memerlukan zat pemadat sehingga keadaannya tetap berupa larutan nutrein.
2. Dilihat dari Bahan atau Eksplan
yang Dipakai
Bila dilihat
dari macam bahan yang digunakan, maka metode kultur jaringan yang telah dikenal
sekarang antara lain adalah:
1) Kultur
meristem.
2) Kultur
antera
3) Kultur
endosperma
4) Kultur
suspensi sel
5) Kultur
protoplas
6) Kultur
embrio
7) Kultur
spora
8) Dan
lain-lain
3. Dilihat dari Cara Pemeliharaan
Eksplan yang
telah ditanam, agar dapat tumbuh menjadi kalus dan kemudian menjadi planlet,
membutuhkan pemeliharaan yang rutin dan tepat. Artinya, eksplan atau kalus yang
sudah waktunya untuk dipindahkan ke dalam media tanam yang baru harus segera
dilaksanakan, tidak boleh sampai terlambat. Pemindahan yang terlambat dapat
menyebabkan pertumbuahn eksplan atau kalus dapat terhenti atau dapat mengalami
brownig atau terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.
II.10. Tahapan
Kultur Jaringan
Pelaksanaan teknik ini memerlukan
berbagai prasyarat pendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Yang paling
esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi
jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan.
Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup
dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan
media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar. Nutrisi
dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media
cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung
kebutuhan.
Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri.
Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri.
Tahapan tersebut, yaitu:
a. Inisiasi
Kultur
Tujuan utama
dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan
yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976).
Ini mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari
mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan
menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya
pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan
(multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976). Masalah yang
sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya pencokelatan atau
penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini disebabkan oleh senyawa fenol
yang timbul akibat stress mekanik yang timbul akibat pelukaan pada waktu proses
isolasi eksplan dari tanaman induk. Senyawa fenol tersebut bersifat toksik,
menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan jaringan eksplan.
b. Sterilisasi
Sterilisasi
adalah proses pembebasan dari mikroorganisme.
Tujuan sterilisasi yaitu untuk menciptakan kondisi kultur yang steril.
Tahapan Sterilisasi:
Tujuan sterilisasi yaitu untuk menciptakan kondisi kultur yang steril.
Tahapan Sterilisasi:
1.
Sterilisasi peralatan gelas dan stainless dalam suhu
121o di dalam autoklaf.
2.
Sterilisasi
bahan tanaman
Tanaman induk – sterilisasi bahan tanam/eksplan menggunakan detergen,
alcohol, kloroks 0,5 % dll – direndam dalam bahan sterilant – sterilisasi dalam
laminar – tanaman dipro-kondisi.
c. Pembuatan
media kultur
Media
merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi
media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak.
Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon.
Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya
maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.
Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan
autoclave.
Tahapan pembuatan media kultur:
o Persiapan
bahan
o Formulasi
o Pengukuran
pH (5,7-5,8)
o Pemberian
agar-agar dan pemanasan media
o Penuangan
dan penutupan media - sterilisasi
Kandungan nutrisi dalam agar-agar :
1. mineral :
1. mineral :
·
Makro nutrient (N, P, K, Ca, Mg)
·
Mikro nutrient (Mn, Zn, Mo, Cu, Co)
2. karbohidrat (gula)
3. vitamin (B dan C)
4. protein
5. hormon
3. vitamin (B dan C)
4. protein
5. hormon
Komposisi media Murashige dan Skoog (MS)
Bahan Kimia Konsentrasi Kimia (mg/l)
1. NH4NO3 1650
2. KNO3 1900
3. CaCL2+2H20 440
4. MgSO4+7H20 370
5. KH2PO4 170
6. FeSO4+7H20 27
7. Na 37,3
8. MnSO4+4H20 22,3
9. ZnSO4.7H2O 8,6
10. H3BO3 6,2
11. KI 0,83
12. Na2MoO4+2H20 0,25
13. CuSO4+5H20 0,025
14. CoCl2+6H20 0.025
15. Myoinositol 100
16. Niasin 0,5
17. Piridoksin-HCL 0,5
18. Tiamin-HCL 0,1
19. Glisin 2
20. Sukrosa 30000
Bahan Kimia Konsentrasi Kimia (mg/l)
1. NH4NO3 1650
2. KNO3 1900
3. CaCL2+2H20 440
4. MgSO4+7H20 370
5. KH2PO4 170
6. FeSO4+7H20 27
7. Na 37,3
8. MnSO4+4H20 22,3
9. ZnSO4.7H2O 8,6
10. H3BO3 6,2
11. KI 0,83
12. Na2MoO4+2H20 0,25
13. CuSO4+5H20 0,025
14. CoCl2+6H20 0.025
15. Myoinositol 100
16. Niasin 0,5
17. Piridoksin-HCL 0,5
18. Tiamin-HCL 0,1
19. Glisin 2
20. Sukrosa 30000
d.
Penanaman eksplan
Melalui sub
kultur atau transfer, tanaman ditanam pada media tanam di laminar air flow
menggunakan alat-alat yang steril.
Syarat eksplan yang baik:
§ Berasal dari induk yang sehat dan subur
§ Berasal dari induk yang diketahui jenisnya
§ Tempat tumbuh pada lingkungan yang baik
§ Ukuran tunas optimal sekitar 5 cm tingginya
§ Tunas langsung diproses sesegera mungkin
§ Berasal dari induk yang sehat dan subur
§ Berasal dari induk yang diketahui jenisnya
§ Tempat tumbuh pada lingkungan yang baik
§ Ukuran tunas optimal sekitar 5 cm tingginya
§ Tunas langsung diproses sesegera mungkin
Tahapan sub kultur:
-
Induksi tunas
Tanaman
tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan
bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus
dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar
eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari
sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.
-
Multiplikasi
tunas
Multiplikasi
adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media.
Ini dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya
pertumbuhan eksplan. Tabung yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak
dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
-
Pengakaran
Pengakaran
adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang
menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan
baik. Untuk pengakaran digunakan media MS + NAA. Pengamatan dilakukan setiap
hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Proses perakaran pada umumnya
berlangsung selama 1 bulan. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala
seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan
bakteri).
-
Inkubasi
Pada tahap
inkubasi, eksplan ditempatkan di
ruang/lingkungan yang terkendali (untuk duji keberhasilannya). Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan kultur adalah antara 24–28oC. Untuk mengkondisikan ruang inkubasi pada suhu yang diinginkan, maka di dalam ruangan tersebut dipasang Air Conditioner (AC).
ruang/lingkungan yang terkendali (untuk duji keberhasilannya). Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan kultur adalah antara 24–28oC. Untuk mengkondisikan ruang inkubasi pada suhu yang diinginkan, maka di dalam ruangan tersebut dipasang Air Conditioner (AC).
-
Aklitimasi
Aklitimasi
merupakan proses adaptasi/pemindahan tanaman dari lingkungan dalam ke
lingkungan luar (dari lingkungan yang terkendali ke lingkungan yang tidak
terkendali). Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar
dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan
terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi
dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan
pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit
generatif.
Pada saat aklimatisasi ini umumnya 2 minggu dengan sungkup dan 4 minggu tanpa sungkup. Dan pada saat itu planlet sudah mencapai tinggi 20 – 25 cm.
Pada saat aklimatisasi ini umumnya 2 minggu dengan sungkup dan 4 minggu tanpa sungkup. Dan pada saat itu planlet sudah mencapai tinggi 20 – 25 cm.
Selanjutnya
bibit siap ditumbuhkan dalam polibag. Setelah itu tanaman perlu ditumbuhkan di
nursery sampai mencapai tinggi 50 – 60 cm kemudian dipindahkan ke lapangan
II.11. Faktor yang Mempengaruhi Proses Regenerasi
1. Bentuk Regenerasi dalam Kultur In Vitro: pucuk
aksilar, pucuk adventif, embrio somatik, pembentukan protocorm like bodies, dll
1. Eksplan
Merupakan
bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan tanaman.
Faktor eksplan yang penting adalah genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada
cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi
eksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil,
endosperm, ovari muda, anther, embrio, dll.
2. Media
Tumbuh.
Di dalam
media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat pengatur tumbuh, dan
bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media dalam kultur jaringan, antara
lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM), Knop, Knudson-C,
Anderson dll. Media yang sering digunakan secara luas adalah MS.
3. Zat Pengatur
Tumbuh Tanaman
Faktor yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah konsentrasi, urutan penggunaan
dan periode masa induksi dalam kultur tertentu. Jenis yang sering digunakan
adalah golongan Auksin seperti Indole Aceti Acid(IAA), Napthalene Acetic Acid
(NAA), 2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA). Golongan Sitokinin seperti
Kinetin, Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan
Gibberelin seperti GA3. Golongan zat penghambat tumbuh seperti Ancymidol, Paclobutrazol,
TIBA, dan CCC.
4. Lingkungan
Tumbuh
Lingkungan
tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi temperatur, panjang
penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran wadah kultur.
II.12. Kendala
dan Masalah Melakukan Kultur Jaringan
Teknik kultur jaringan sampai saat
ini memang belum biasa dilaksanakan oleh para petani, baru beberapa kalangan
pengusaha swasta saja yang sudah mencoba melaksanakannya, karena pelaksanaan
teknik kultur jaringan tanaman memerlukan keterampilan khusus dan harus dilatar
belakangi dengan ilmu pengetahuan dasar tentang fisiologi tumbuhan, anatomi
tumbuhan, biologi, kimia dan pertanian. Dengan demikian jelas akan amat sulit
untuk diterima oleh kalangan petani biasa. Di samping itu, pelaksanaan teknik kultur
jaringan mutlak memerlukan laboratorium khusus, walaupun dapat di usahakan
secara sederhana (dalam ruang yang terbatas), namun tetap memerlukan peralatan
yang memadai. Kemungkinan lain petani akan merasa enggan bekerja secara
aseptik..
Pekerjaan kultur jaringan meliputi:
persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi
eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke
lapang. Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan
pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan
tersendiri. Karena semua pekerjaan harus dilaksanakan secara hati-hati dan
cermat serta memerlukan kesabaran yang tinggi. Biaya untuk mewujudkan
perbanyakan tanaman secara in vitro ini juga sangat mahal, kecuali kita meramu
medium sendiri. Bila kita terpaksa harus membeli medium yang sudah jadi (dalam
kemasan) jelas akan sangat mahal, sebab medium yang sudah jadi masih harus di
impor dari luar negeri. Apalagi kita harus membeli saran untuk perlakuan
isolasi dan fusi protoplas, tentu biayanya akan bertambah besar. Enzim-enzim
yang digunakan dalam kultur jaringan juga masih dibeli dari luar negeri seperti
Jepang.
Lepas semua dari kendala-kendala tersebut diatas, kita harus mengakui bahwa teknik kultur jaringan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, terutama untuk pengembangan bioteknologi.
Lepas semua dari kendala-kendala tersebut diatas, kita harus mengakui bahwa teknik kultur jaringan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, terutama untuk pengembangan bioteknologi.
Masalah-masalah Dalam Kultur Jaringan
Dalam kegiatan kultur jaringan,
tidak sedikit masalah-masalah yang muncul sebagai pengganggu dan bahkan menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur yang dilakukan. Gangguan
kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, dari lingkungan
kultur, maupun dari manusianya.
Permasalahan dalam kultur ada yang
dapat diprediksi sebelumnya dan ada pula yang sulit diprediksi kejadiannya.
Untuk yang tidak dapat diprediksi, cara mengatasinya tidak dapat secara
preventif tetapi diselesaikan setelah kasus itu muncul.
Adapun masalah-masalah yang terjadi dalam kultur jaringan yaitu:
Adapun masalah-masalah yang terjadi dalam kultur jaringan yaitu:
1. Kontaminasi
Kontaminasi
adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan.
Munculnya gangguan ini bila dipahami secara mendasar adalah merupakan sesuatu
yang sangat wajar sebagai konsekuensi penggunaan yang diperkaya.
Fenomena kontaminasi sangat beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis kontaminasinya (bakteri, jamur, virus, dll).
Fenomena kontaminasi sangat beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis kontaminasinya (bakteri, jamur, virus, dll).
Upaya mencegah terjadinya
kontaminsi:
·
Biasakan membersihkan berbagai sarana yang diperlukan
dalam kultur jaringan.
·
Yakinkan bahwa proses sterilisasi media secara baik
dan benar.
·
Lakukan proses penanaman bahan pada keadaan anda
nyaman dan cari waktu yang longgar.
2. Pencoklatan/browning
Pencoklatan
adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang sering membuat
tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Peristiwa pencoklatan
sesunggguhnya merupakan peristiwa alamiah yang biasa yang sering terjadi.
Pencoklatan umumnya merupakan suatu tanda-tanda kemunduran fisiologi eksplan
dan tidak jarang berakhir pada kematian eksplan
3. Vitrifikasi
Vitrifikasi
adalah suatu istilah problem pada kultur yang ditandai dengan:
-
Munculnya pertumbuhan dan pertumbuhan yang
tidaknormal.
-
Tanaman yang dihasikan pendek-pendek atau kerdil.
-
Pertrumbuhan batang cenderung ke arah penambahan
diameter
-
Tanaman utuhnya menjadi sangat turgescent.
-
Pada daunnya tidak memiliki jaringan pallisade..
4. Variabilitas
Genetik
Bila kultur
jaringan digunakan untuk upaya perbanyakan tanaman yang seragam dalam jumlah
yang banyak, dan bukan sebagai upaya pemuliaan tanaman maka variasi genetik
adalah kendala. Variasi genetik dapat terjadi pada kultur in vitro karena laju
multiflikasi yang tinggi, variasi terjadi karena terjadinya sub kultur berulang
yang tidak terkontrol. Penggunaan teknik yang tidak sesuai. Variasi genetik
yang paling umum terjadi pada kultur kalus dan kultur -suspensi sel, hal
tersebut terjadi karena munculnya sifat instabilitas kromosom mungkin akibat
teknis kultur, media atau hormon.
Cara
mengatasi masalah variasi genetik tentunya tidak sederhana, harus memperhatikan
aspek yang dikulturkan.
5. Pertumbuhan
dan Perkembangan
Masalah
utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila eksplan yang ditanam
mengalami stagnasi, dari mulai tanam hingga kurun waktu tertentu tidak mati
tetapi tidak tumbuh. Untuk menghindari hal itu dapat dilakukan dengan preventif
menghindari bahan tanam yang tidak juvenil atau tidak meristematik. Karena awal
pertumbuhan eksplan akan dimulai dari sel-sel yang muda yang aktif membelah,
atau dari sel-sel tua yang muda kembali.
Media juag
dapat menjadi sebab terjadinya stagnasi pertumbuhan, karena dari kondisi
medialah suatu sel dapat atau tidak terdorong melakukan proses pembelahan dan
pembesaran dirinya. Pada proses klutur jaringan yang bersifa inderict
embriogenesis, tahapan pembentukan kalus harus dilanjutkan dengan mendorong
induksi embriosomatik dari sel-sel kalus. Terjadinya embrio somatik dapat
secara endogen atau eksogen.
6. Praperlakuan
Masalah pada
kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja, pertumbuahn dan
perkembangannya dlama botol saja tetapi juga sangat bisa dipengaruhi oleh
persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah akan muncul bila
kegiatan prapelakuaan tidak dilakukan. Prapelakuan dilakukan umumnya untuk
tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah dalam rangka menghilangkan hambatan.
Hambatan apat berupa hambatan kemikalis, fisik, biologis. Hambatan berupa bahan
kimia penanganannya harus dimulai dari pengenalan senyawa aktif, potensi
gangguan, proses reaksi dan alternatif pengelolaannya.
7. Lingkungan
Mikro
Masalah
lingkungan inkubator juga tidak bisa diabaiakan karena ini juga sering menjadi
masalah. Suhu ruangan inkubator sangat menentukan optimasi pertumbuhan eksplan,
suhu yang terlalu rendah aatau tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada eksplan.
Kebutuhan
antara satu tananaman dengan tanaman yang lain berbeda, namunddemikian
solusinya sulit dilakukan mengingat umumnya ruangan inkubator suatu ruangan
laboratorium kultur jaringan tidak bisa dibuat variasi antara satu ruangan
dengan bagian ruangan yang lainnya. Sehingga optimasi pertumbuhan tidak bisa
diharapkan sama antara kultur yang satu dengan kultur yang lain.
BAB III
PENUTUP
Pada dasarnya, kultur jaringan
merupakan suatu tehnik membiakkan sel atau jaringan ke dalam media kultur,
sehingga tumbuh, membelah, dan menghasilkan tumbuhan baru dengan cepat dan
memiliki sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan merupakan teknik
perbanyakan tanaman dengan mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas,
serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptic yang
kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi
tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan
tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan
yang dilakukan di tempat steril.
Dalam kultur jaringan digunakan eksplan, yaitu sel
atau irisan jaringan tanaman yang akan menjadi benih tanaman yang baru nanti
setelah di kultur jaringan. Faktor eksplan yang perlu diperhatikan adalah
genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan seks (jantan/betina).
Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah pucuk muda, batang
muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar