Awal keberadaan Talas Jepang Satoimo di Indonesia adalah pada masa pendudukan Jepang. Talas Jepang dikenal oleh masyarakat di Bantaeng dengan nama Talas Safira, di Toraja dengan nama Talas Bithek, dan di Buleleng Bali dikenal dengan Keladi Salak karena rangkaian umbinya seperti buah salak (LIPI, 2002). Konsorsium Satoimo Indonesia-Jepang bekerjasama dengan KADIN Indonesia, telah mulai melakukan Pengembangan Budidaya Satoimo di Indonesia sejak tahun 2003. Hingga akhirnya pada 16 Februari 2006 hingga saat ini satoimo dari Indonesia telah diekspor ke Jepang.
Walaupun Talas bukan bagian dari tanaman Hortikultura akan tetapi UPTD Balai benih Hortikultura Loka juga mengembangkan talas. Talas yang dikembangkan adalah Talas Fo dan F1 yang merupakan umbi generasi pertama yang dihasilkan dari kultur jaringan. Talas Fo yang di hasilkan Balai Benih melalui beberapa tahap. Tahap yang pertama adalah aklimatisasi di dalam Green House, setelah tanaman sudah besar dan memiliki akar yang cukup banyak selanjutnya dipindahkan ke Screen House yang berkuran 15 x 30 m. Waktu yang dibutuhkan dari mulai tanam sampai panen sekitar 6 bulan. Talas Fo yang diproduksi Balai Benih Hortikultura Loka selanjutnya di tanam di Balai Benih Bangkeng Bonto.
Penanggung Jawab : Nurul Hidayat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar